Minggu, 25 November 2012

RUPIAH PALING TERTEKAN di ASIA


RUPIAH PALING TERTEKAN di ASIA

Di tengah tekanan eksternal, nilai tukar rupiah masih menjadi yang paling tertekan di antara mata uang-mata uang lain di kawasan Asia sepanjang tahun ini. Hingga akhir pekan lalu, rupiah sudah tertekan hingga 5,75 persen atas dollar Amerika Serikat. Menurut data Bloomberg, hingga akhir pekan lalu posisi rupiah itu masih lebih dalam pelemahannya atas dollar AS dibandingkan yen Jepang (melemah 3,25 persen) dan rupee India (melemah 3,09 persen). Sementara mata uang lain di Asia cenderung positif atas dollar AS. Dollar Singapura, misalnya tercatat menguat sekitar 5,90 persen atas dollar AS hingga akhir pekan lalu. Demikian juga dengan won Korea Selatan menguat 5,94 persen. Posisi paling tinggi atas dollar AS di Asia dicatat peso Filipina yang menguat 6,75 persen. Merujuk pada data Bank Indonesia, rupiah berdasarkan kurs tengah Bi hingga Rabu (14/11) sudah melemah 513 poin atau sekitar 5,62 persen dibandingkan dengan posisi awal tahun 2012. Pada pekan ini, rupiah nyaris tak bergerak. Di akhir perdagangan Rabu lalu yang menjadi perdagangan terakhir pekan ini, kurs tengah BI menyatakan posisi rupiah di Rp 9.638 per dollar AS. Menurut ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, pelemahan nilai tukar rupiah ini memberi efek positif terhadap penguatan ekspor dan pelemahan impor. Dalam dua bulan terakhir rupiah telah melemah 1,61 persen, sedangkan nilai neraca perdagangan (neto ekspor-impor) tercatat surplus sebesar 233,1 juta dollar AS pada Agustus dan 552,9 juta dollar AS pada September. Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra, menyatakan, tekanan pada rupiah akan berkurang perlahan sejalan dengan membaiknya neraca perdagangan itu. Ia menilai pelemahan rupiah dilakukan untuk membantu defisit perdagangan supaya tidak bertambah lebar. “Oleh karena itu berharap pelemahannya tidak akan banyak lagi.” kata Aldian.

Analisis :
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebenarnya memiliki efek positif terhadap neraca berjalan Indonesia. Kalau rupiah melemah, ekspor kita cenderung terdorong dan impor kita melambat. Seperti diketahui, neraca berjalan melemah lantaran tidak adanya keseimbangan antara impor dan ekspor. Impor tumbuh tinggi, namun ekspor melambat.  Keadaan ini tak membuat inflasi melemah. Semua barang-barang dunia saat ini sedang menurun dan ini tidak mempengaruhi inflasi kita saat ini. Adanya  imported inflation dari kedelai, jagung, dan gandum, namun sifatnya seasonal dan porsinya tak besar terhadap inflasi di dalam negeri.


Sumber : Kompas, 17 November 2012. Halaman 17.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar