RUPIAH PALING TERTEKAN di ASIA
Di
tengah tekanan eksternal, nilai tukar rupiah masih menjadi yang paling tertekan
di antara mata uang-mata uang lain di kawasan Asia sepanjang tahun ini. Hingga
akhir pekan lalu, rupiah sudah tertekan hingga 5,75 persen atas dollar Amerika
Serikat. Menurut data Bloomberg, hingga akhir pekan lalu posisi rupiah itu
masih lebih dalam pelemahannya atas dollar AS dibandingkan yen Jepang (melemah
3,25 persen) dan rupee India (melemah 3,09 persen). Sementara mata uang lain di
Asia cenderung positif atas dollar AS. Dollar Singapura, misalnya tercatat
menguat sekitar 5,90 persen atas dollar AS hingga akhir pekan lalu. Demikian
juga dengan won Korea Selatan menguat 5,94 persen. Posisi paling tinggi atas
dollar AS di Asia dicatat peso Filipina yang menguat 6,75 persen. Merujuk pada
data Bank Indonesia, rupiah berdasarkan kurs tengah Bi hingga Rabu (14/11) sudah
melemah 513 poin atau sekitar 5,62 persen dibandingkan dengan posisi awal tahun
2012. Pada pekan ini, rupiah nyaris tak bergerak. Di akhir perdagangan Rabu
lalu yang menjadi perdagangan terakhir pekan ini, kurs tengah BI menyatakan
posisi rupiah di Rp 9.638 per dollar AS. Menurut ekonom Samuel Sekuritas
Indonesia, Lana Soelistianingsih, pelemahan nilai tukar rupiah ini memberi efek
positif terhadap penguatan ekspor dan pelemahan impor. Dalam dua bulan terakhir
rupiah telah melemah 1,61 persen, sedangkan nilai neraca perdagangan (neto
ekspor-impor) tercatat surplus sebesar 233,1 juta dollar AS pada Agustus dan
552,9 juta dollar AS pada September. Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian
Taloputra, menyatakan, tekanan pada rupiah akan berkurang perlahan sejalan
dengan membaiknya neraca perdagangan itu. Ia menilai pelemahan rupiah dilakukan
untuk membantu defisit perdagangan supaya tidak bertambah lebar. “Oleh karena
itu berharap pelemahannya tidak akan banyak lagi.” kata Aldian.
Analisis :
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS sebenarnya memiliki efek positif terhadap neraca berjalan Indonesia. Kalau
rupiah melemah, ekspor kita cenderung terdorong dan impor kita melambat.
Seperti diketahui, neraca berjalan melemah lantaran tidak adanya keseimbangan
antara impor dan ekspor. Impor tumbuh tinggi, namun ekspor melambat. Keadaan ini tak membuat inflasi
melemah. Semua barang-barang dunia saat ini sedang menurun dan ini tidak
mempengaruhi inflasi kita saat ini. Adanya imported inflation dari kedelai, jagung, dan gandum, namun sifatnya seasonal dan
porsinya tak besar terhadap inflasi di dalam negeri.
Sumber :
Kompas, 17 November 2012. Halaman 17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar